Peta Belitang



Luas dan Batas Wilayah
Secara administratif Kecamatan Belitang 1 terdiri dari 23 buah desa dengan luas wilayah sekitar 14.434,90 Ha. Jika dilihat dari luas setiap desa yang terdapat di Kecamatan Belitang 1, maka desa yang memiliki luas wilayah terbesar adalah Desa Tanjung Raya (dengan luas wilayah 2.000 Ha), sedangkan Desa Serba Guna merupakan desa yang memiliki luas wilayah terkecil (yaitu 50 Ha). Secara umum, keadaan topografi Kecamatan Belitang I meliputi 90 persen tanah datar dan 10 persen tanah berbukit-bukit.
Adapun Jarak Kecamatan Belitang I ke Ibukota Kabupaten (Kota Baturaja) sekitar 80 Km, dengan batas-batas Kecamatan Belitang I adalah sebagai berikut :
- Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Buay Madang;
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Propinsi Lampung;
- Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI);
- Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Buay Madang dan Kecamatan Cempaka
II. Pemerintahan
Wilayah pemerintahan Kecamatan Belitang I meliputi 23 buah desa, dimana dari keseluruhan desa yang terdapat di Kecamatan Belitang I masih berstatus desa dan belum satupun yang berstatus kelurahan. Dari seluruh desa tersebut, terdapat 115 orang perangkat desa, 79 orang kepala dusun, 214 orang rukun tetangga dan 180 orang anggota BPD. Adapun desa yang termasuk wilayah Pemerintahan Kecamatan Belitang I adalah sebagai berikut :
1. Desa Sido Rahayu 9. Desa Triyoso 17. Desa Tanjung Raya
2. Desa Sukarami 10. Desa Serbaguna 18. Desa Harjo Winangun
3. Desa Tawang Rejo 11. Desa Sumber Suko 19. Desa Tegal rejo
4. Desa Sumber Agung 12. Desa Sukajadi 20. Desa Gumawang
5. Desa Banjar Rejo 13. Desa Sukosari 21. Dea Bedilan
6. Desa Panca Tunggal 14. Desa Pujo Rahayu 22. Desa Sidogede
7. Desa Sidorejo 15. Desa Sido Mulyo 23. Desa Sido makmur
8. Desa Margo Koyo 16. Desa Rejosari




III. Penduduk
Pada tahun 2006, jumlah penduduk di Kecamatan Belitang I tercatat 59.813 jiwa, dengan komposisi 30.414 jiwa berjenis kelamin laki-laki dan 29.399 jiwa berjenis kelamin perempuan. Berdasarkan jumlah penduduk dan luas wilayahnya dapatlah diketahui rata-rata kepadatan penduduk kecamatan Belitang I yaitu 4,14 jiwa setiap Ha. Desa Gumawang merupakan wilayah yang memiliki kepadatan penduduk terbesar yaitu 69,23 jiwa per Ha, sedangkan Desa Sumber Agung merupakan desa yang memiliki kepadatan penduduk terkecil yaitu 1,20 jiwa per Ha.
IV. Sarana Pendidikan dan Kesehatan dan Tempat Ibadah
Jumlah Sekolah Dasar yang ada di Kecamatan Belitang I pada tahun 2006 berjumlah 46 unit sekolah yang terdiri dari 42 unit sekolah dasar negeri/inpres dan 4 unit sekolah dasar swasta. Keseluruhan sekolah dasar tersebut menyebar di hampir setiap desa, dengan total murid SD negeri/inpres sebanyak 8.351 siswa dan keseluruhan tenaga pengajar (guru) SD negeri/inpres sebanyak 445 orang, sedangkan total murid SD swasta berjumlah 613 siswa dan keseluruhan tenaga pengajar (guru) SD Swasta sebanyak 22 orang. Sementara jumlah SLTP negeri dan swasta di Kecamatan Belitang 1 ada sebanyak 13 unit sekolah dan jumlah SLTA/SMU hanya berjumlah 9 unit sekolah. Adapun keseluruhan siswa SLTP sebanyak 3.402 siswa dan jumlah siswa SLTA/SMU sebanyak 3.573 siswa, yang diasuh oleh 327 guru SLTP dan 407 guru SLTA/SMU. Selain itu, terdapat pula 6 madrasah ibtidaiyah, 7 madrasah tsaniyah dan 3 madrasah ‘aliyah dalam Kecamatan Belitang I
Sedangkan untuk fasilitas kesehatan yang terdapat di Kecamatan Belitang 1 meliputi 2 puskesmas, 5 klinik bersalin dan 67 posyandu. Sedangkan tenaga kesehatan meliputi 5 orang dokter, 24 orang perawat dan 33 orang bidan desa. Jika dilihat dari banyaknya penduduk yang tersebar pada 23 desa di Kecamatan Belitang 1, maka ketersediaan fasilitas kesehatan maupun tenaga kesehatan tersebut masih belum memadai. Sementara untuk tempat ibadah pemeluk agama di Kecamatan Belitang I sudah terdapat 61 masjid, 145 langgar/musholla dan 14 gereja yang tersebar di 23 desa
V. Potensi Kecamatan
Kecamatan Belitang I merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) yang berpotensi sebagai lahan pertanian dan perkebunan. Pemanfaatan tanah di Kecamatan Belitang 1 pada umumnya digunakan untuk pertanian padi (sawah), palawija, sayuran, hortikultura dan perkebunan rakyat. Selain itu, dalam kecamatan Belitang 1 juga memilki potensi peternakan besar maupun unggas.
Pada tahun 2006, semua tanah sawah yang terdapat di dalam Kecamatan Belitang I telah diusahakan, yaitu seluas 4.321 Ha. Seluas 1.135 Ha tanah sawah merupakan kategori sawah tadah hujan dan seluas 3.291 Ha tanah sawah di Kecamatan Belitang I telah menggunakan irigasi tehnis. Selain tanah sawah, di Kecamatan Belitang 1 juga terdapat tanah kering yang sebagian besar digunakan sebagai kebun/perkebunan, yaitu seluas 7.276 Ha. Luas perkebunan terbesar berada di Desa Sidorejo, yaitu sekitar 14,57 persen dari keseluruhan luas perkebunan yang berada di Kecamatan Belitang 1. Selain digunakan sebagai lahan perkebunan, tanah kering yang terdapat di Kecamatan Belitang 1 digunakan pula untuk membangun tempat pemukiman penduduk dengan keseluruhan luas lahan kering yang digunakan untuk pemukiman/bangunan sekitar 2.393 Ha dan luas tanah kering yang dimanfaatkan selain untuk lahan perkebunan dan pemukiman seluas 274 Ha.
VI. Industri dan Listrik dan Perdagangan
Pada tahun 2006, jumlah keseluruhan industri kecil yang terdapat dalam Kecamatan Belitang 1 ada sebanyak 3 usaha dan mampu menyerap 35 orang tenaga kerja. Industri kecil itu tersebar di 2 desa dalam Kecamatan Belitang 1. Sedangkan keseluruhan industri kerajinan rumah tangga yang terdapat Kecamatan Belitang 1 berjumlah 643 usaha, yang tersebar di hampir semua desa, dengan tenaga Kerja yang dapat diserap sebanyak 1.840 orang. Dilihat dari jenis usaha yang terdapat dalam Kecamatan Belitang 1, jumlah usaha reparasi (bengkel) mobil Beringin pada tahun 2006 berjumlah 7 usaha, Bengkel sepeda motor berjumlah 30 usaha, bengkel sepeda sebanyak 47 usaha, 26 usaha tukang cukur, 60 usaha tukang jahit, tukang photo sebanyak 12 usaha dan 20 usaha salon kecantikan.
Sementara kebutuhan listrik di Kecamatan Belitang I sebagaian besar dipenuhi oleh PT. Perusahaan Listrik Negara (PLN) dan sebagian lagi masih disuplai oleh perusahaan-perusahaan non PLN. Sampai dengan tahun 2006, telah terdapat 5.205 rumah tangga di Kecamatan Belitang 1 yang menggunakan listrik PLN dan hanya 7 rumah tangga menggunakan listrik non PLN. Jika diamati dari tabel 6.2, maka terlihat bahwa masih ada 4 desa yang belum menggunakan listrik PLN maupun listrik non PLN sebagai sumber penerangan, yaitu Desa Banjar Rejo, Desa Sidorejo, Desa Margo Koyo dan Desa Rejosari.

Sektor perdagangan di Kecamatan Belitang 1 pada tahun 2006 memperlihatkan telah adanya geliat yang semakin menggembirakan, salah satu fakta yang mengindikasikan hal tersebut yaitu telah terdapatnya 2 lokasi perdagangan dalam bentuk pasar yang tersebar di 2 desa dalam Kecamatan Belitang 1, yaitu Desa Serba Guna dan Desa Gumawang. Selain itu, terdapat pula 5 lokasi perdagangan dalam bentuk kalangan yang tersebar di 5 desa lainnya yaitu Desa Sido Rahayu, Desa Tawang Rejo, Desa Sumber Agung, Desa Sido Mulyo dan Desa Rejosari. Kalangan adalah sejenis pasar yang hanya aktif pada hari-hari tertentu saja dalam setiap minggunya. Hal lain yang mengindikasikan semakin majunya sektor perdagangan di Kecamatan Belitang 1 pada tahun 2006 yaitu sudah adanya 17 usaha besar, 728 usaha kecil/eceran dengan tempat tetap dan 172 usaha kecil/eceran dengan tempat tidak tetap.
Kehadiran lembaga keuangan di suatu daerah, baik dalam bentuk lembaga keuangan bank maupun lembaga keuangan bukan bank (KUD dan koperasi non-KUD) diharapkan mampu menjadi mitra yang baik bagi masyarakat dalam menghadapi berbagai kendala usaha, sehingga pada akhirnya diyakini akan lebih mampu memacu peningkatan perekonomian masyarakat dan tentu saja akan berdampak positif pada perkembangan ekonomi daerah.
pada tahun 2006, Kecamatan Belitang 1 telah memiliki 6 lembaga keuangan dalam bentuk bank yang tersebar di 4 desa, yaitu Desa Tegal Rejo, Desa Gumawang, Desa Triyoso dan Desa Bedilan. Selain itu Kecamatan Belitang 1 juga telah memilki 5 Koperasi Unit Desa (KUD) dan 21 koperasi non-KUD.

VII. Sarana Jalan dan Angkutan
Jalan merupakan prasarana pengangkutan darat yang sangat penting untuk memperlancar kegiatan perekonomian suatu daerah. Dengan semakin meningkatnya usaha pembangunan, maka mobilitas penduduk, barang dan jasa akan semakin tinggi, hal ini akan mengakibatkan tumbuhnya sektor-sektor ekonomi pendukung, yang secara otomatis akan dapat menyerap tenaga kerja lebih banyak Pada tahun 2006, sebagian besar jalan darat di Kecamatan Belitang 1 masih berupa jalan tanah, yaitu sepanjang 90,50 km yang tersebar di 23 desa. Sedangkan jalan yang telah diaspal sepanjang 18 km baru terdapat di 15 desa dan jalan diperkeras sepanjang 6 km terdapat di 5 desa. Sementara untuk angkutan di dalam Kecamatan Belitang I adalah 214 unit, yang terdiri dari 83 unit truk/mobil barang, 34 unit mobil penumpang, dan 97 unit ojek motor



Komering Salah satu penduduk asli Belitang, disadur dari sebuah blogs pribadi.

Kehidupan masyarakat komering berpusat disekitar Danau Ranau, Kabupaten Ogan Komering Ulu. Daerah ini dikenal dengan nama Sakala Berak terletak di daratan tinggi kaki Gunung Pasagi dan Gunung Seminung tempat Danau Ranau berada. Secara harfiah, kata Sakala atau Sagala berarti Komering sedangkan kata Berak berarti luas. Sehingga daerah sekitar itu disebut masyarakat setempat dengan nama Komering yang luas. Nenek moyang orang komering diperkirakan berasal dari Tiongkok Selatan, pada ribuan tahun yang lalu turun ke laut melalui sungai-sungai besar di Cina yang bermuara ke selatan. Akhirnya mereka tersebar di beberapa wilayah Sumatera Selatan, Lampung dan Sumatera Utara sekarang ini. Sehingga tak mengherankan bila sering terlihat suatu persamaan di dalam gerak dan tingkah laku antara orang Komering, Lampung dan Batak. Bahkan ada faham yang dibenarkan dalam kehidupan masyarakat itu bahwa mereka berasal dari tempat dan keturunan yang sama, hanya saja lambat laun sikap dan pertumbuhan makin memisah mencari jalan sendiri-sendiri. Seperti kehidupan dan adat istiadat daerah lain, masyarakat Komering dan Lampung juga menjadikan suatu tempat yang dianggap keramat (dihormati) itu adalah sekitar Kota Liwa (ibukota Kabupaten Lampung Barat sekarang ini). Dari daerah asal itu lambat laun nenek moyang menuruni gunung dan lembah menyusuri beberapa sungai yang bermuara di laut Jawa. Orang Komering turun hingga ke Muara Masuji dan Sugihan. Sedangkan orang Lampung menyusuri Sungai Tulang Bawang, Seputih dan Sekampung yang akhirnya membentuk golongan masing-masing sampai ke Gunung Raja Basa. Ribuan tahun kemudian barulah daerah-daerah yang mereka huni dan terisolir muulai terbuka, sehingga timbul hubungan dan komunikasi dengan dunia luar. Terbukanya daerah ini karena adanya aktifitas dari kerajaan-kerajaan yang ada. Kerajaan ini sendiri timbul karena terjadinya hubungan komunikasi antara masyarakat yang datang dan menetap. Pada masa itu agama dan faham yang dianut oleh masyarakat adalah kepercayaan pada yang gaib-gaib dan yang maha kuasa (Animisme dan Dinamisme). Termasuklah di dalamnya menyembah kepada matahari, bulan, bintang-bintang dan gunung-gunung bahkan menyembah makhluk-makhluk yang dipercayai ada di sekitar manusia. Beberapa masa kemudian masuklah pengaruh dan ajaran agama Hindu dan Budha yang lebih mempercepat tumbuhnya kerajaan-kerajaan besar dan kecil. Hingga akhirnya masuklah pengaruh dan ajaran-ajaran dari Jawa dan Agama Islam. Didalam kehidupan budaya adat Komering dan Lampung sendiri dikenal suatu adat yang dikenal dengan Adat Penyimbang. Menurut pengertian aslinya berasal dari kata Simbang yang artinya giliran atau gantian, sehingga di sebutlah dengan arti giliran memimpin. Jadi dalam adat penyimbang seseorang dapat memimpinsesuai dengan adat yang berlaku, namun kedudukannya sebagai pemimpin kelak akan diganti dengan yang lain sesuai dengan musyawarah dan mufakat. Hingga kini gelar penyimbang itu terus dipakai oleh orang Komering. Umpamanya ada nama penyimbang Ratu, penyimbang Tulin, penyimbang Marga serta gelar-gelar lainnya. Hal ini diberikan sesuai dengan rapat adat yang diadakan bila seseorang memasuki jenjang pernikahan. Gelar itu hampir mutlak diperlukan bagi setiap laki-laki Komering yang memasuki jenjang pernikahan. Kalau gelar itu tidak dimilikinya maka keturunannya agak gelap, artinya ia tidak mempunyai kedudukan dalam lapangan adat. Adat istiadat yang ada kemudian secara berangsurangsur masyarakat Komering penduduknya memasuki lapangan usaha dan kegiatan masing-masing. Diantaranya ada golongan yang pada umumnya lebih cakap dalam bidang pemerintahan untuk mengurusi kepentingan umum. Ada pula yang ahli dalam bidang kebatinan dan keperkasaan dengan tenaga-tenaga gaib. Bahkan ada yang hanya mengurusi soal agama semata-mata serta ada yang ahli dalam soal berniaga. Sehingga dalam kehidupan bermasyarakat timbul apa yang dinamakan suku. Suku-suku yang terbentuk dalam golongan itu adalah: pertama, golongan pemerintaha yang menyebut lingkungannya dengan nama Suku Serba Nyaman. Kedua, golongan kebatinan disebut Suku Anak Putu. Ketiga, golongan Pasirah atau Kepala Marga disebut Kampung Pangiran. Keempat, golongan pengusaha dan pedagang disebut Suku Busali. Kelima, golongan Agama disebut Suku Kaum. Keenam, Suku Kampung Darak, dan yang ketujuh, Suku Karang Diwana.


Ketujuh suku atau golongan di atas membentuk masyarakat bersama yang teratur, mereka membentuk tiuh atau dusun tempat tinggal. Akhirnya mereka membuat pucuk pimpinan yang lebih besar gabungan dari dusun-dusun itu yang disebut Marga sekarang disebut dengan Kecamatan. Dulu nama Kecamatan adalah Semendawai kemudian sekarang diganti dengan Kecamatan Cempaka. DESA CAMPANG TIGA A. Sejarah Desa Campang Tiga Campang Tiga adalah sebuah dusun yang terletak sekitar 130 kilometer dari Kota Palembang, tepat di pinggiran tebing Sungai Komering yang masuk dalam wilayah Kabupaten Ogan Komering Ulu. Pada zaman dulu untuk mencapai desa Campang Tiga ini orang harus mendayung perahu dari Palembang selama sekitar 6 hari. Sedangkan kalau ke Palembang dengan mengikuti arus Sungai hanya memakan waktu 2 hari. Baru pada sekitar tahun 1930 ada jalan darat serta jembatan yang terbuat dari timbunan tanah liat dan kerikil. Pada tahun 1990 sarana perhubungan mulai lancar setelah ada jalan aspal dan jembatan beton dimana-mana. Kehidupan di desa ini berdasarkan kekerabatan dan kebersamaan yang hidup dalam setiap dusun. Dengan soko gurunya adalah Adat Penyimbang. Penyimbang sendiri adalah menerima giliran. Menjadi penyimbang adat adalah merupakan suatu kebanggaan, sehingga dapat diikutsertakan di dalam setiap gerak langkah yang hidup di pedesaan sejak ribuan tahun yang lalu. Sedangkan pusat-pusat pemerintahan ialah Gunung Batu, Cempaka/ Campang Tiga, dan Menanga/ Betung. Untuk daerah marga Semendawai Suku Dua, pusat pemerintahannya adalah dari satu tempat ke tempat lain yakni antara Cempaka dan Campang Tiga. Dari sinilah timbul perebutan masing-masing keluarga yang merasa berhak untuk menduduki puncak pemerintahan dalam Marga Semendawai Suku Dua. Asal mula terbentuknya Desa Campang Tiga ini, merupakan hasil dari pemikiran orang-orang terdahulu, yang berjuang disamping menyebarkan agama Islam. Menurut asal mulanya seorang puyang yang bernama Sultan Hamimum Hamim atau Puyang Tun Di Pulau, yang menurut ceritanya dari nenek moyang di Campang Tiga berasal dari keturunan Arab. Pada waktu itu Puyang menetap disuatu tempat dan lahan tanah yang dikelilingi oleh Sungai dan Rawa. Desa ini bernama Desa Simpang Tiga, karena terletak dipersimpangan tiga arah. Pada masa itu pimpinan Agama dipegang oleh Puyang Ratu Nyaman dibagian barat, Puyang Tanda Pasai dibagian timur, Puyang Tuan Syeh Abdurrahman dibagian utara, dan Puyang Panghulu Sabtu dibagian selatan. Waktu terus berlalu dan berjalan dengan baik, pemerintahan dipegang oleh Puyang Ratu Nyaman. Setelah beliau meninggal kemudian digantikan dengan putranya Ahmad Daud. Pada waktu itu desa yang namanya Simpang Tiga diganti atas musyawarah dan mufakat oleh tokoh Agama, adat, dan pemerintahan menjadi Desa Campang Tiga. Pada masa penjajahan belanda, kekuasaan desa dipimpin oleh seorang tokoh bernama Ahmad Daud Ratu Nyaman, yang membawa desa ini berkembang menjadi maju. Kekuasaan pun berganti dan digantikan putranya yang bernama KH. Saleh Muzani, sedangkan putra yang lain dari Ahmad Daud bernama Ahmad Bastari beliau dikenal sosok yang tidak pernah terlupakan karena beliau pernah menjabat sebagai Gubernur Sumatera Selatan yang pertama. Kemudian pemerintahan KH. Saleh Muzani berakhir digantikan oleh pimpinan yang tak kalah penting, cerdik, pintar dan berdedikasi tinggi yaitu Hasbi Burhan. Setelah berakhir kemudian digantikan oleh Macan Negara, dilanjutkan Muhammad Singa Dinata, kemudian Ratu, dan sekarang dipimpin oleh A. Wahab Ahmad Gelar Tanda Sakti. Demikian sejarah Desa Campang Tiga yang sampai sekarang sudah cukup maju. B. Keadaan Geografis Desa Campang Tiga yang termasuk dalam wilayah Kecamatan Cempaka Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur. Batas-batas Desa Campang Tiga adalah: sebelah utara berbatasan dengan desa Gunung Jati, sebelah selatan berbatasan dengan desa Sukaraja, sebelah barat berbatasa dengan desa Kuripan dan Negeri Sakti, sebelah timur berbatasan dengan Persawahan dan Lebak Meluai Indah. Adapun luas wilayah Desa Campang Tiga secara keseluruhan 15 kilometer persegi. Struktur tanah terdiri dari lahan sawah 40% dan perkebunan 60%. Keadaan geografis sangat cocok untuk pertanian, perkebunan dengan penghasilan karet, sawit, duku, durian, pisang, padi, jeruk, sayuran dan lain-lain. Desa Campang Tiga terletak sangat strategis dalam wilayah Kecamatan Cempaka, 130 kilometer dari kota Palembang, 102 kilometer dari ibu kota Kabupaten Martapura, dan 16 kilometer dari ibu kota Kecamatan Cempaka. Desa Campang Tiga merupakan penghasilan duku, durian, pisang yang menjadi andalan petani dan sangat dikenal dikota-kota besar di Indonesia bahkan duku komering sudah menjadi salah satu andalan masyarakat komering. C. Struktur Pemerintahan Pada saat ini pemerintahan desa dipimpin oleh Kepala Desa yang bernama A. Wahab Ahmad Gelar Tanda Sakti, dibantu oleh para staf pemerintahan desa. Desa Campang Tiga di samping ada seorang Kepala Desa, Sekretaris Desa, 3 (tiga) Kepala Urusan, 7 (tujuh) Kepala-kepala Dusun. Desa Campang Tiga terletak dijalan poros provinsi, yang dilalui semua jenis kendaraan baik roda dua, maupun kendaraan roda empat. Penerangan di desa Campang Tiga ini berupa aliran listrik yang menjadikan desa Campang Tiga sudah cukup maju, apalagi pada malam hari lampu-lampu jalan yang sudah bisa difungsikan menambah keindahan

I. Gambaran Umum Kawasan
a. Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur :
Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur terbentuk berdasarkan UU Nomor 37 tahun 2003 merupakan daerah pemekaran dari kabupaten Ogan Komering Ulu, dengan ibukota Martapura. Luas wilayah kabupaten Ogan Komering Ulu Timur seluas 3370 Km 2 terdiri dari 16 kecamatan dengan jumlah penduduk 575.410 jiwa dengan kepadatan rata-rata 107 jiwa/km 2 , yang sebagian besar merupakan masyarakat transmigran kurang lebih mencapai 60 % yang telah ditempatkan sejak kolonisasi di kawawan Belitang pada tahun 1936 yang terdiri dari 137 UPT dengan jumlah transmigran sebanyak 45.067 KK (175.530 jiwa).

b. Kawasan KTM Belitang :
Kawasan ini meliputi 5 Kecamatan yaitu kecamatan Belitang I, Belitang II, Belitang III, Madang Suku I dan Semendawai Suku III, dengan pusat KTM di Gumawang. Luas kawasan ini 135.056 Ha dan merupakan daerah eks lokasi transmigrasi sehingga sebagian besar penduduknya merupakan eks transmigran yang ditempatkan sejak tahun 1936 sampai dengan 1960 sebanyak 31 UPT. Pada umumnya masyarakat berusaha sektor pertanian tanaman pangan yaitu padi sawah dengan irigasi teknis. Disamping itu terdapat 106 UPT lagi yang dikembangkan di Kawasan Belitang dari tahun 1960 sampai dengan 2001 namun tanaman yang dikembangkan adalah karet dan kelapa sawit terutama di areal lahan kering/tadah hujan. Luas lahan yang dapat dikembangkan untuk padi sawah masih tersedia seluas 26.000 Ha, dan untuk karet seluas 36.000 Ha.


II. Pencapaian Kawasan
Kawasan KTM Belitang ini dapat dicapai dari Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur (Martapura) berjarak + 50 Km dan + 215 Km dari Palembang. Dapat menggunakan kendaraan roda 4 atau bus reguler dengan melalui jalan aspal

III. Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan di Kabupaten OKU Timur didominasi oleh lahan pertanian kering seluas 35,74 % yang terdiri dari ladang (25,82 %) dan kebun campuran (5,82 %), sedangkan luas lahan pertanian lahan basah berupa sawah beririgasi teknis seluas 10,94 %

IV Sosial Ekonomi
a. Mata Pencaharian Penduduk.Pada umumnya mata pencaharian penduduk adalah dari sektor pertanian tanaman pangan, perkebunan, perikanan dan pemeliharaan unggas. Namun yang paling menonjol adalah tanaman padi dengan jenis varitas Ciliwung, Chierang dan dapat menghasilkan rata-rata pada lahan usaha 1 ha antara 6-9 ton gabah atau sebesar Rp. 6.250.000,-/1 kali panen.

b. Kependudukan.Jumlah penduduk di kawasan Belitang berjumlah 279.956 jiwa



c. Pertanian.Jenis komoditi pertanian yang banyak diusahakan oleh masyarakat di kawasan Belitang adalah padi sawah, karet dan kelapa sawit. Rata-rata hasil produksi padi sawah adalah 6 – 9 ton/ha perpanen dan karet rata-rata 1,72 ton/ha.



V. Potensi Wilayah
Sesuai dengan analisa kesesuai lahan maka kawasan ini sebagian besar sangat cocok untuk lahan pertanian lahan basah yang beririgasi teknis dan ½ teknis, selain itu pertanian lahan kering (ladang) dan perkebunan. Berdasarkan kondisi eksisting saat ini dengan adanya pembangunan irigasi dan sistem tata air yang baik, maka kawasan ini sangat potensial untuk tanaman unggulan seperti, padi sawah, jagung, kedele dan kacang tanah, sedangkan pada lahan non irigasi (lahan kering) komoditas unggulan adalah perkebunan seperti karet dan kelapa sawit. Untuk usaha perikanan masyarakat menanam ikan lele, ikan patin dan ikan mujair. Sesuai dengan peruntukan lahan untuk transmigrasi kawasan ini masih mempunyai areal yang berpotensi untuk penempatan transmigrasi baru (PTB) di lokasi Tanjung Kukuh dan Kerta Mulyo dalam waktu dekat ini.
Untuk melancarkan aksesibilitas ke kawasan ini segera akan dibangun Poros Gumawang – Martapura sebagai jalur transportasi barang dan jasa, dan di Martapura akan dibangun stasiun peti kemas dari jalur KA.

VI. Potensi Bisnis

Dari data potensi lahan yang disampaikan diatas, meliputi usaha bidang pertanian lahan basah, palawija, perkebunan, perikanan, sektor industri, perdagangan siap menanti wira usaha anak bangsa, dimana infrastruktur dalam segala bidang akan ditingkatkan bersama-sama dengan pemerintah daerah dan pusat. Bagi yang berminat silahkan menghubungi instansi Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi setempat untuk mendapatkan petunjuk lebih lanjut dan peluang yang dapat difasilitasi oleh pemerintah.





Search

Bendungan Perjaya Merupakan sarana pertanian / irigasi yang penting di daerah Belitang yaitu dari BK 0 sampai BK 35..